Minggu, 02 Mei 2010

I don't Have Idea

Entah bagaimana cara mengekspresikan pikiran2 untuk menulis sebuah artikel. Entah mengapa udah males n belum dapet inspirasi juga buat posting sebuah artikel di blog ini.
Tapi klo ada waktu luang mau bikin artikel lagi deeehh.

DITUNGGU YA.

Jumat, 18 September 2009

Suatu Saat Suatu Waktu


Suatu saat kebahagiaan itu akan berubah menjadi kesedihan, suatu waktu kekayaan akan berubah menjadi kemiskinan. Kita takkan pernah tahu kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Andai saja manusia tahu dan mengerti sesungguhnya berapapun besarnya amalan baik pasti akan ada balasannya begitu pula amalan buruk dalam hal ini kejahatan yang diperbuat pasti pula akan ada balasan dan akibat. Suatu saat kebersamaan dalam persahabatan tak selamanya bisa bersama suatu waktu setiap sahabat itu pasti mereka punya jalan sendiri-sendiri.

Entah kenapa, entah berapa bulan diri ini sudah jarang membuka blog apalagi menulis artikel di blog. Suatu gambaran memang bahwa suatu saat kegiatan yang kita senangi suatu waktu pasti akan jarang kita lakukan bahkan kita tinggalkan. Hari demi hari, bulan demi bulan saya melewati dan menikmati sebuah pekerjaan baru namun pada dasarnya jika dibandingkan dengan tahun kemarin dari segi suasana terasa lebih nyaman dari segi orang-orangnya dan lingkungan namun dari segi waktu dan besar upah yang diberikan sangat gilaaaaaa. Sebuah pekerjaan baru dan tentunya perusahaan baru pasti akan menghadapi suasana baru dan setelah dinikmati ternyata jauh berbeda dibanding sebelumnya. Bukan berarti membicarakan kejelekan seseorang, tapi ya begitulah mencibir dan berkata akan ketidaksenangan terhadap seseorang mereka langsung to the point atau trkadang berani lewat belakang. Ada beberapa diantaranya yang sedari awal telah saya judge mereka sebagai orang yang temperamental, namun bagi saya tak pantas saya sebutkan.

Maka dari itu, suatu saat yang tadinya kita nikmati suatu waktu berubah menjadi ketidaknyamanan. Ada perasaan ingin keluar, namun apa daya nyari kerja itu susah namun apabila mendapat kerjaan baru pun kapan diri ini mempunyai bekal pengalaman yang cukup. Bayangkan saja dalam 2 tahun terakhir sudah 5 perusahaan saya pijak dalam arti sudah benar2 menjadi karyawan dari ke 5 perusahaan tersebut. Tapi nikmati dulu lah!!!

Disamping ketidaknyamanan akan orang-orangnya, sungguh jauh di luar dugaan. Sampai saat ini Islam sebagai agama yang saya anut menjadi minoritas di perusahaan, bukan dari segi nominal jumlah orangnya ya memang begitu lebih banyak non muslim dibanding yang muslim. Terkadang hati ini ingin berontak, soalnya ini menyangkut aqidah seseorang. Islam rahmatan lil ‘alamin, haruskah saya terkadang mendengarkan suara2 yang bikin pikiran panas bagaimana tidak lagu2 pujian agama mereka diputar di ruangan kerja. Bukan maksud hati tak suka ya tapi pikir aja dong, masak seorang muslim mendengarkan lagu yang ga puguh2 ga jelas2. Namun sampai saat ini saya berharap dan berdoa semoga sahabat saya yang non muslim ini mendapat hidayah, agar mereka tau bahwa Islam adalah sebenar2nya agama, agama yang diridhoi Allah. Karena pada hakikatnya Tuhan itu satu, tak beranak dan tak pula diperanak. Kitab Alqur’an adalah kitab yang pasti terjaga keasliannya hingga saat ini tidak seperti kitab lain kitab yang tiap saat berubah seakan menjadi kitab karangan manusia biasa. Bukan berarti saya menjelek-jelekkan suatu agama, tapi saya kecewa, sudah tahu saya muslim mengapa mereka ingin bahwa saya mendengarkan lagu agama mereka. Mendingan denger lagu nasyid apalagi murottal dapat pahala lagi.

Suatu saat suatu waktu, tak selamanya yang kita inginkan kita dapat tak selamanya kita mendapat lingkungan yang kita harapkan. Bukankah jika diambil hikmahnya itu merupakan sebuah ujian, seberapa jauh aqidah keislaman kita?

Kembali ke persoalan hidup, beberapa bulan terakhir ini kita disibukkan dengan pemilihan umum baik itu pemilihan legislatif dan presiden. Berapa banyak harta yang dikeluarkan agar keinginan para calon legislatif itu terpilih, dan berapa banyak dukungan agar calon presiden itu dipilih. Ketika pemilihan presiden tiba, ramai2 partai berbondong-bondong memberikan dukungan terhadap presiden yang dicalonkan. Yang tak lain dan tak bukan merupakan dukungan semata namun ada udang dibalik batu. Mereka mengincar kedudukan, jabatan, agar para kadernya direkrut menjadi menteri. Ya gitu deh! Saya sedang tidak membicarakan politik namun hanya menyampaikan opini sebagai rakyat dari bangsa yang katanya menjunjung tinggi budaya ketimuran dan sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.

Bulan ramadhan bulan puasa di tahun ini di tahun 2009 akan segera berakhir dan berakhir, entah sudah maksimalkah kita memanfaatkannya? Memanfaatkan dengan meraih pahala yang sebanyak-banyaknya dan meraih ampunan akan dosa2 yang kita perbuat yakni dengan cara beribadah, beramal sholeh dan beramal baik, sholatnya, tilawah Qur’annya, tarawihnya, bersedekahnya dan lain-lain. Namun bagi saya, sadar akan belum maksimalnya ibadah yang saya perbuat tapi dari segi kewajiban saya senantiasa mau tak mau suka tidak suka harus dilakukan.

Suatu saat suatu waktu, Islam yang senantiasa ramai dibicarakan dan dipelajari orang2 suatu akan terasa asing begitu yang saya rasakan. Ramadhan ini, ketika hari kerja tiba kurang bisa saya rasakan, ketika diri ini berpuasa tidak makan tidak minum tapi dari segi lingkungan sekitar, banyak yang makan dan banyak yang minum. Tapi apa boleh buat Lakum dinukum waliyadiin, untukmu agamamu untukku agamaku, karena iman tak dapat diwarisi tak bisa dijual beli begitu kata Raihan. Selama dia tak usil dan tak mengganggu akan kewajiban puasa yang saya lakukan. Namun Allah maha adil, suasana kerja kurang begitu terasa akan tetapi suasana lingkungan saya tinggal dalam hal ini kosan, warga sekitar yang notabenenya mayoritas muslim amatlah ceria, bahagia, sibuk dalam menyambut bulan Ramadhan nan mulia ini. Hari-harinya warga sekitar kosan saya tinggal diisi dengan ibadah2 Ramadhan, pagi siang malam apalagi kosan saya itu dekat masjid banyak para jamaah yang melakukan ibadah di masjid dekat kosan diri ini. Ketika Maghrib akan tiba dalam arti waktu berbuka tiba, para pengurus masjid sibuk menyiapkan tajil makanan buat buka puasa walau hanya kolak, lontong, dan makan ringan lain dengan ikhlas melayani memberikan makanan buka puasa tersebut kepada para hamba Allah yang sedang menjalankan ibadah puasa di waktu maghrib tiba. Ketika Isya tiba, kegiatan tarawih yang diselingi dengan ceramah agama sungguh saya baru merasakannya karena di masjid dekat tempat saya tinggal yaitu di kampung halaman jarang dilakukan. Dan seterusnya dan seterusnya.

Suatu saat ibukota yang tiap hari ramai dengan rutinitasnya dengan para pendatangnya suatu waktu akan lengang dan sepi oleh rutinitas dan para pendatang tersebut. Tak lain dan tak bukan ketika menjelang idul fitri dan Hari Raya Idul Fitri, banyak yang melakukan rutinitas mudik. Tak terkecuali saya, walaupun hanya dari Jakarta ke Bogor tapi anggap saja mudik toh judulnya juga pulang kampung. Tinggal di jakarta yang memang kota lalu kembali lagi ke kampung di kabupaten Bogor, tetap aja pulang kampung namun pada dasarnya kampung saya itu kota sih!!!

Puasa, puasa sebulan penuh puasa… puasa, puasa Ramadhan bulan mulia… puasa, puasa sebetulnya menyehatkan... puasa, puasa wajib bagi yang beriman... namun akan tetapi dia pergi seiring dengan perputaran waktu dan diganti dengan bulan Syawal bulan kemenangan umat Islam bulan hari raya pada tanggal 1 syawal. Semoga tahun depan saya, kami kita dpertemukan lagi dengan bulan mulia ini. Tahun ini dengan meninggalkan seberkas cerita, tawa, bahagia namun seberkas sedih yang tak layak diceritakan dan dibicarakan. Bahagia akan dibanding tahun kemarin dari segi ekonomi sungguh jauh sekali, bayangkan saja THR yang saya terima di tahun ini di perusahaan yang baru ini nominal yang jauh sekali hampir 50 kali lebih tepatnya 48 kali lipat besarnya jumlah uangnya dibanding tahun kemarin dibanding di perusahaan lama yang katanya perusahaan ekspedisi besar namun untuk mensejahterakan karyawannya kurang besar bahkan tidak besar. Nominal 48 kali lipat klo nominal uang memang tak begitu besar tapi lumayan dan tapi pula harus alhamdulillah dengan nominal uang segitu saya bisa memberi dan berbagi pada orang2 dekat dan saya cintai yaitu keluarga dan saudara agar bisa dan merasakan hari raya Idul Fitri.

Tak lupa di akhir artikel ini, saya mengucapkan beribu-ribu kata maaf jika selama ini pembicaraan saya, opini dan statement ada yang menyinggung di hati orang yang membaca artikel ini. Minal aidin wal fa idzin, mohon maaf lahir dan bathin.... Taqabballahuminna wa minkum siya mana wasiya makum, taqabbal ya kariim. Selamat hari raya Idul Fitri 1430 H. Dan tak lupa saya meminta doa agar saya diberi keistiqomahan akan akidah dan agama yang saya anut ditengah lingkungan yang tadi saya sebutkan. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi diri ini, apakah harus hijrah ke tempat lain ataukah LANJUTKAN!!! Jangan kalah oleh nafsu, istiqomahlah selama iman kita tidak goncang..

Sabtu, 23 Mei 2009

Sebuah Keputusan


Terkadang dalam hidup tak selamanya kita bisa mengikuti alur kehidupan, terkadang pula kita tak bisa memenuhi apa yang harus dilakukan untuk mengikuti alur kehidupan itu sendiri. Ya beginilah dan begitulah, entah kenapa ide untuk menuangkan pikiran dalam sebuah artikel tak ada gairah dan tak berkembang dalam benak pikiran. Terakhir saya menulis artikel pada blog saya ini ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan di sudut ibukota atau mungkin di perbatasan ibukota bersama teman-teman saya ketika kuliah. Dengan perasaan kecewa dan keinginan penuh agar bisa terlepas dari rutinitas di sebuah perusahaan tersebut, mencoba berusaha dan tak lupa berdoa agar bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain. Koran, internet, kerabat, saudara, bahkan rekan saya berusaha mencari secuil informasi apakah ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan background edukasi dan skill pada diri ini. Interview dan psikotes, tatkala ada panggilan tersebut saya datang memenuhinya sampai harus membolos atau izin tidak bekerja.

Bulan Februari pun bertemu, perasaan senang dan sedih entah apa seharusnya yang ada dalam benak saya mendapatkan pekerjaan baru. Senang karena bisa terlepas dari rutinitas di kantor lama yang selama ini kian membuat diri terasa jenuh dan lelah karena jam kerja yang gila tak mengenal waktu, sedih harus meninggalkan rekan-rekan kerja dan sahabat-sahabat terbaik di perusahaan tsb. Sebuah keputusan yang terkadang hati dan pikiran ini penuh dengan kontroversi. Kontroversi ketika harus memulai hidup baru dan mencari kamar kosan sendiri, makan siang sendiri, dan memulai untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja, suasana kerja, dan terutama deskripsi pekerjaan itu sendiri memang kalau dipikir-pikir mendingan kerja di perusahaan sebelumnya tak perlu mencari kosan, makan siang sudah ada, deskripsi pekerjaan sudah dimengerti, lingkungan kerja sudah bisa dicermati, namun itulah sebuah keputusan. Terkadang sebuah keputusan yang terasa pahit, bisa dirasakan manis ke depannya jika kita memang termasuk orang yang optimis.

Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan sudah memasuki hitungan bulan saya menjalani pekerjaan baru ini, sebuah pekerjaan yang dimana memang bagi orang awam seperti saya amatlah sulit. Sulit dimengerti, dimana perusahaan ini bergerak di bidang supplier valve, pipe & fitting dan dimana pula saya tak tahu sama sekali mengenai barang-barang apalagi spek2 produk yang dijual oleh perusahaan ini. Ya beginilah tugas Sales Support, seseorang yang dimana ditugaskan untuk membantu sang Sales dalam menjual barang. Menelpon perusahaan2, dan mengirimkan surat perkenalan ke perusahaan2 agar perusahaan yang saya tempati dikenal dan membuat surat penawaran berupa produk dan harganya agar ada perusahaan mau membeli produk perusahaan saya ini.

Memasuki bulan ketiga, entah kenapa hati dan pikiran merasa jenuh. Jenuh dengan rutinitas kantor, jenuh dengan proyek-proyek yang sedang saya urusi, ketika harus merangkap posisi ganda sebagai coordinator project pula, menanyakan harga suatu produk kepada principle di luar negeri dan tak lupa memfollow upnya, jenuh dengan lingkungan dan suasana kerja mulai terasa tak nyaman, yang kadang dalam diri ini sering beradu argument dengan rekan yang lain. Perasaan capek pun menyelimuti diri, ketika sebuah keputusan diambil tidak ngekos lagi agar bisa menghemat pengeluaran dana dengan menumpang dirumah kakak yang notabenenya walaupun kantor dan rumah kakak sama2 berada di ibukota tapi amatlah jauh dan lama perjalanannya.

Busway yang katanya solusi transportasi warga ibukota yang nyaman, aman dan cepat bagi saya yang tiap hari merasakannya hal itu bulk sheet belaka. Nyaman memang kalau penumpang lagi sepi dan bisa duduk tertidur dibawah hembusan ac, namun hal itu amatlah langka mendapatkannya jika terjadi di jam-jam sibuk terutama pada jam berangkat kerja di pagi hari dan jam pulang kerja di sore hari. Antrian penumpang yang semakin menumpuk dan begitu padat di salah satu halte tempat transit terasa membuat tubuh dan pikiran ini semakin berontak, gerah dan panasnya begitu terasa, nunggu adalah hal yang biasa karena armada busway tersebut kadang tidak ada. Serius ga sih pemerintah mau menyediakan armada transportasi tersebut???

Kembali ke persoalan hidup ini, sebuah keputusan yang dirasa bagi seseorang amatlah cerah namun dimata orang lain amatlah suram. Contohnya jika terbersit dalam benak mengambil keputusan mundur dari pekerjaan ini dan mencari pekerjaan lain karena merasa mungkin di tempat lain perasaan dan pikiran akan lebih cerah. Akan tetapi, dimata orang lain amatlah disayangkan jika ternyata sebuah keputusan mundur yang diambil amatlah disayangkan karena mau jadi apa nanti usia masih muda kalah sebelum berperang, karena masih banyak yang harus diraih dan dipelajari, contohnya mempelajari suatu bidang pekerjaan. Agar di suatu saat kelak, ilmu bidang pekerjaan yang telah kita kuasai tersebut berguna bagi nusa dan bangsa. Hahaha lebay…

Sabtu, 13 Desember 2008

Ya Begitulah...


Entah mengapa dan kenapa akhir-akhir ini diri ini diliputi oleh rasa malas, malas dalam bekerja, belajar mencari ilmu, memotivasi diri dan malas bikin artikel. Buktinya semenjak lebaran idul fitri saya belum pernah posting artikel di blog lagi. Sebenarnya inspirasi untuk dijadikan artikel tuh banyak, namun rasa malas untuk mengembangkannya agar menjadi artikel dan cerita yg menarik selalu hinggap pada diri ini. Entah datangnya darimana rasa malas itu muncul kalau bukan dari diri sendiri. Rasa malas dalam bekerja, yang membuat suasana kerja yg tak semangat sehingga seringkali raja jenuh itu muncul. Rasa malas belajar mencari ilmu seperti membaca buku dan mengkaji dan mengaji ilmu2 agama, serta rasa malas memotivasi diri dengan jarang membaca buku2motivasi yang notabene it's my hobby. Ya begitulah, jikalau seandainya ada sesuatu hal yang belum dilakukan dan belum tercapai hati ini selalu menggebu-gebu. Hati yang merasa harus mencari tempat yang lebih baik dalam bekerja dan hati yang merasa ingin mencari sebuah arti dunia kerja sesungguhnya yang layak dan wajar.

Setengah tahun sudah saya menjalani kehidupan di dunia kerja yang membuat diri ini mendapatkan banyak ilmu, manfaat, serta pengetahuan. Namun setengah tahun sudah saya mengetahui dan mengamati dengan seksama ada suatu hal yang tak wajar dan tak layak di dunia kerja saya mencari nafkah dan menjemput rejeki sehingga membuat diri-diri yang ada di dunia kerja kejenuhan selalu hinggap. Jam kerja yang gila yang tak mengenal waktu tanpa adanya aturan batas jam kerja yang jelas membuat saya dan yang lainnya geram dan berontak. Dengan memakai aturan kerja seberesnya setelah itu boleh pulang, yang mau tak mau di luar jam kerja pun harus dilakukan dan diselesaikan tanpa adanya kompensasi dalam hal ini uang tambahan/uang lembur. Sungguh diri ini dan diri yang lainnya membuat sesak. Gaji pokok yang sangat jauh dari kelayakan yang tak layak disebut gaji melainkan upah, karena memakai sistem uang harian lumayan lah, 25rb. Bukan saya benci pada perusahaan ini, namun sungguh kecewa akan sistem yang diterapkannya. Bagaimana tidak, sempat terbersit dari mayoritas karyawan ini bahwa perusahaan ini tidak menghargai dan tidak memenuhi hak-hak karyawannya.

Walaupun demikian, saya masih beruntung masuk jam 8 pagi pulang sebelum dan setelah maghrib bisa dikatakan pulang cepat karena karyawan yang lainnya bisa mencapai jam 10-11 malam tanpa adanya kompensasi uang lembur. Namun ada yang lebih parah dari itu, temanku masuk jam 1/2 6 atau jam 6 pagi pulang bisa mencapai jam 10 malam. Ngapain aja tuh? Ya kerja lah... Yang sangat miris tuh adalah karyawan yang bekerja di malam hari, namun masuk kerja jam 5 sore pulang ya sampai kerjanya beres sampai 6 atau 7 pagi. Separuh dari kehidupan dalam hari-harinya dihabiskan dan dipakai untuk kerja.

Ya begitulah, kita hidup dan tinggal di negara yang katanya negara hukum, yang dalam aturan ketenagakerjaan pun pasti ada hukumnya bagaimana perusahaan dalam hal ini pengusaha atau pemilik perusahaan memperlakukan karyawannya dengan layak dan baik. Maksud anda paham kan, maksud dari kalimat itu? ya ada kaitannya dan saya sedang menyindir hukum di negara kita dan manajemen perusahaan tempat saya bekerja. Apakah mereka tak buta dan tak tuli, hampir setiap hari perusahaan ini ada saja karyawan yang resign/mengundurkan diri. Ada yang tak betah karena jam kerja yang gila dan tak nyaman dan tak senang imbalan yang didapatkan dari kerjaan itu. Harusnya mereka (manajemen perusahaaan) berpikir mengapa hal itu terjadi?

Ya begitulah, mereka hanya berpikir gitu aja kok repot? kalau karyawan banyak yang mengundurkan diri ya cari dan rekrut karyawan lagi karena toh kenyataannya di indonesia lebih spesifik lagi masyarakat disekitar perusahaan itu juga banyak yang masih nganggur. Ngapain gaji gede2 karena bagi sebagian masyarakat upah seperti itu gaji gede. Bukan maksud hati menjelek-jelekkan salah satu pihak dan tidak mensyukuri, namun mau gimana again saya sudah lama ingin menulis dan membuat artikel ya wajar kan taufikdiary. Isinya diary2 saya.

Maksud dari bukannya tak mensyukuri? Jika ada yang lebih baik dari segi penghasilan dan kenyamanan kerja di tempat lain apa boleh buat saya keluar dan pindah ke perusahaan baru tersebut. Jika tidak, mau tidak mau yang tentunya hati ikhlas saya terima dan bekerja di tempat saya bekerja. dan berharap, semoga perusahaan ini nantinya menjadi lebih baik, baik dari segi kualitas, kuantitas, kinerja dan perlakuan bagi pekerjanya menjadi lebih baik. Amin

Apakah mungkin sahabat2ku yang seguru seilmu dari Bogor EduCARE setempat pekerjaan, satu persatu pergi dan berpisah dari tempat kerja yang selama ini suka dan duka kita rasakan bersama. Namun, demi kebaikan masing2 pihak persahabatan takkan pernah pudar walaupun kita berbeda-beda profesi dan kerja.

Sabtu, 27 September 2008

Mudik Ceritanya

Menangis, menjerit, bersedih, oh tidaaak. Begitulah perasaan yang menghiasi setiap muslim yang merasa beriman di dunia ini tatkala Ramadhan nan mulia nan berkah yang penuh ampunan akan meninggalkan kita dan tak terasa kita sudah berada dihari-hari terakhirnya. Menangis, menjerit, bersedih ketika diri ini dan diri Muslim lainnya berpikir akankah Ramadhan selanjutnya kita akan bertemu dengannya lagi, bisakah kita beribadah dengan sungguh-sungguh walaupun hari ini bukan Ramadhan? Hari-hari terakhir Ramadhan hari dimana kaum Muslim ramai berlomba-lomba mencari dan mengharap sebuah malam yang istimewa yang penuh kedamaian yaitu Lailatul Qadar. Namun, di satu sisi hari-hari terakhir Ramadhan, sebagian Muslim lainnya sedang sibuk2nya mencari, berkeliling ke setiap pasar, mall, swalayan dsb. untuk berbelanja membeli kebutuhan-kebutuhan pokok yang katanya untuk dipakai, dirasakan dan dinikmati ketika hari kemenangan tiba pada hari raya Idul Fitri.

H-7, H-6, H-5, H-4, H-3, H-2, H-1, H, H+1, H+2, H+3, H+4, H+5, H+6, H+7… istilah itu pula yang sering menghiasi telinga kita dan mata kita ketika Ramadhan akan berakhir dan telah berakhir di berita-berita baik cetak maupun elektronik. Namun apa maksudnya? deretan H yang tak pernah lepas jika lebaran akan tiba, dimana sebagian kaum Muslim Indonesia biasa melakukan rutinitasnya yaitu pulang kampung alias mudik. Sebuah rutinitas yang katanya hanya terjadi di negara kita saja, walaupun rutinitas tersebut ada di negara lain namun tak sebesar dan tak seramai di negara kita. Ya begitulah mudik, mudik yang dilakukan orang-orang yang mengadu nasib dan bekerja di kota sudah saatnya mereka kembali ke kampong halamannya walaupun hanya setahun sekali. Darat, laut, udara apapun bisa ditempuh agar orang-orang bisa melakukan mudik namun tergantung sikon keuangan dan ke moodan mereka.

Mudik ceritanya… ya begitulah saya menyebutnya ketika di rutinitas kerja saya resmi libur, saya mulai berbenah membawa perlengkapan-perlengkapan termasuk pakaian yang berada di mess untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Walaupun kata orang-orang jarak kampung saya dengan kota tempat saya bekerja terbilang dekat namun sudah berbeda propinsi, boleh dong saya katakan mudik.

Sabtu, 27 September 2008 hari itu merupakan hal perdana saya secara pribadi melakukan hal yang merupakan rutinitas tahunan masyarakat Indonesia. Saya dan para penghuni mess melakukan rutinitas itu, namun tidak tahu bagi teman saya apakah itu hal perdana bagi mereka. Hari itu mungkin hari terakhir kami sahur bareng di mess di bulan Ramadhan tahun ini yang sebentar lagi berakhir, hari dimana hari itu kami akan pulang ke rumah masing-masing. Rumah dimana keluarga masing-masing sedang menunggu dan menanti salah satu anggota keluarganya agar bisa berkumpul dan bersilaturahmi tatkala hari kemenangan tiba.

Mess tempat kami makan bersama tidur bersama dan mandi yang tak mungkin bersama, pada paginya kami bersihkan dari sampah dan debu. Mess, sebuah rumah kontrakan yang lumayan sederhana itu sengaja kami jadikan tempat untuk diabadikan dalam sebuah karya 2 dimensi (foto). Ya begitulah, anak-anak bogor sebutan bagi kami oleh karyawan-karyawan di perusahaan kami bekerja di PT. Wahana Prestasi Logistik yang sempat ada beberapa orang menyebut kami narsis karena dilihat dari sifat dan aktivitas kami. Termasuk saya, dimanapun jadi saya melakukan pemotretan sendirian di kantor atau di tempat lain walaupun hanya dengan telepon genggam saya dan setelah itu salah satu dari foto tersebut saya pasang pada Yahoo Messenger saya. Foto-foto di sebuah mess walaupun hanya menggunakan telepon genggam sudah cukup terbayarkan agar bisa diabadikan, ini loh tempat kami tinggal, ini loh kami.

Selesai berbenah dan berfoto ria, mess kami kunci. Tas yang berat yang berisikan pakaian-pakaian dan lain sebagainya kami bawa untuk dibawa pulang dan menemani perjalanan ke rumah masing-masing. Angkot dan bis yang melayani kami pulang, terminal yang bersedia menyediakan tempat untuk kami singgah setelah itu. Nampak kesibukan, keramaian kepadatan di salah satu terminal ibukota, terminal lebak bulus penuh dengan bis dan yang pasti penuh dengan orang-orang yang akan melakukan mudik. Semakin terasalah, aktivitas mudik ini. Dan sempat tersadar bahwa diri ini telah berada dan ikut serta di sebuah rutinitas tahunan yaitu mudik.

Indranya yang punya Gadog, Olihnya yang punya kampung dekeng, Mamunya yang punya Bojong, Junotnya yang punya Sukabumi, Tejonya yang punya Ciomas dan Ucupnya yang punya Panaragan yang makna sebenarnya nama-nama tempat itu bukan yang kami punya melainkan nama kampung kami masing-masing. Sengaja saya gunakan kalimat itu dari salah satu teman saya, yaitu Mamu yang sering berbicara seperti itu. Ya begitulah kami, yang masing-masing memiliki karakter yang sama dan yang sebenarnya karakter kami berbeda-beda. Karakter yang sama mungkin kami dapat dari tempat yang sama ketika kami menuntut ilmu di Bogor EduCARE dan karakter yang berbeda yang didapat sejak lahir. Mudik yang kali ini sempat saya merasa kecewa, dan mudik kali ini yang membuat saya bahagia bercampur dalam hati dan pikiran. Kecewa, ketika hati dan pikiran dibisiki oleh godaan Syaitan tatkala hasil materi yang didapat dari kerja kami terbilang kecil, namun bahagia ketika godaan Syaitan kami abaikan dan iman kami tetapkan besar kecilnya materi yang didapat harus kami syukuri.

Mudik ceritanya, ya begitulah ketika ada anggota keluarga saya berkata pada saya ketika sesampainya di rumah datang membawa tas yang padat berisi dan menjinjing bawaan lainnya. Sempat saya berpikir, akankah tahun berikutnya saya melakukan rutinitas tahunan ini, yaitu mudik? Wallahu’alam... dan yang pasti akankah Ramadhan berikutnya saya masih diberi kepercayaan untuk diberi usia setahun lagi agar bisa bertemu, merasakan, beribadah di bulan Ramadhan.

Minggu, 14 September 2008

Hari Ini Milik Anda


Jika anda berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda. Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan.

Tulisan diatas merupakan penggalan kalimat sebuah buku yang miliki yaitu La Tahzan (jangan bersedih), sengaja saya gunakan kalimat sebagai pembuka artikel ini merupakan kalimat motivasi yang selalu ada dalam bayangan saya sekarang ini. Sampai-sampai sempat ada beberapa orang yang menegur saya ketika bekerja, kenapa status messages YM saya (Yahoo Messenger) kalimatnya itu terus dalam beberapa hari. Namun, sekarang hampir tiap hari status message YM saya ganti dengan kalimat-kalimat motivasi / mutiara yang diambil dari buku saya ini, La Tahzan. Hari ini milik anda, bukan berarti hari ini milik anda sepenuhnya dan yang lain tak boleh memiliki. Namun, dalam artian hari ini yang sedang anda dan lainnya rasakan, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya karena hari kemarin sudah bukan milik anda dan hari esok belum tentu milik anda.

Hari ini hari dimana saya merasa jenuh, sedih, senang, riang, gembira dsb. yang silih berganti kadang bercampur bersatu padu. Jenuh yang tak seharusnya dirasakan, sedih yang tak sepantasnya diungkapkan, senang, riang, gembira yang semestinya kita rasakan walaupun kejenuhan dan kesedihan sedang kita alami. Pernah terbersit dalam benak, untuk apa koleksi buku-buku psikologi, motivasi, novel, dan agama saya miliki namun toh setelah dibeli dan dimiliki buku-buku tersebut hanya sebuah koleksi semata. 5 buah buku sekaligus yang saya beli, belum satupun saya baca, satu buku sempat saya baca hanya beberapa lembar saja padahal sudah satu bulan lebih 5 buah buku itu berada di meja belajar saya. Kesibukankah atau malas yang membuat saya belum membaca. Apalah arti sebuah buku jika tidak dibaca, walaupun saya belum sempat saya baca, ternyata di rumah ada beberapa orang yang sudah membacanya terutama oleh ayah tercinta. Maka mulailah dari sekarang kita niatkan untuk membaca.

Hari ini hari dimana anda takkan pernah tahu sesuatu yang sedang saya rasakan jika saya tak memberitahukannya, suatu saat saya akan memberitahukannya. Hari ini hari dimana saya tak mungkin dan tak akan pernah tahu kapan ajal saya dan rekan-rekan semua dijemput oleh sang Pemilik dan Pencipta alam raya ini. Dosa-dosa kian menumpuk tak sebanding dengan langkah dan cara kita menebus dosa-dosa itu agar mohon diampunkan. Dosa-dosa yang terus terukir tak sepantasnyalah terukir jika iman dan islam masih tertancap di dalam hati dan diri. Ramadhan yang selalu dinanti dan dirindu oleh setiap individu Muslim di dunia karena didalamnya penuh dengan keberkahan-keberkahan, ampunan-ampunan, pahala-pahala dari Allah yang jika ladang amal yang memang ada di dunia ini kita tanam kita praktekkan hingga suatu saat kita bisa memetik hasil dari ladang amal, Insya Allah di dunia dan jika tidak di akhiratlah kita bisa memanennya dan mendapatkan apa yang telah kita perbuat dengan amal-amal itu.

Rutinitas yang terjadi hari ini, mau tidak mau harus kita lakukan suka ataupun tidak suka, Ikhlas haruslah! Percuma jika setiap hal yang kita lakukan tidak disertai dengan ikhlas akan membuat diri ini sia-sia. Setiap rutinitas pekerjaan di kantor dan aktivitas di lingkungan sekitar jalanilah sebagaimana air mengalir, ikutlah dalam alir dan alur kehidupan yang dirasa baik. Kejenuhan itu memang suatu saat terjadi di perusahaan tempat kita bekerja atau di lingkungan tempat kita tinggal. Namun, jika memang ada jalan keluar yang lebih baik carilah dan raihlah, bukan berarti kita lari dari masalah yang membuat diri kita jenuh. Uang sedekah dan zakat kita yang kita keluarkan hanya untuk dapat riya saja. Kekhusyu’an sholat kita, kefasihan tilawah Al Qur’an kita tak sefasih dan tak sekhusyuk di mata Allah jika masih menempel dalam diri dan hati bahwa hanya ingin dilihat dan didengar orang lain hingga seseorang yang melihat dan mendengarnya merasa terkagum-kagum. Blank, nihil semua itu tak berarti apa-apa. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Harta, waktu, tenaga, dan sebagainya yang kita keluarkan dan korbankan yang katanya untuk mengharap ridho Allah semuanya sirna hanya akan menjadi tumpukan amal-amal yang kosong.

Maka mulailah dari hari ini kita berbuat kebajikan dan kebaikan, amal-amal sholeh yang kita perbuat haruslah disertai dengan ikhlas. Karena, hari ini milik anda, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya jangan tunggu hari esok yang belum tentu milik anda apalagi hari kemarin yang tak akan pernah mungkin kita rasakan dan dapati.

Minggu, 07 September 2008

Ramadhan Kali ini...

Malam berganti siang, jarum jam hanya sekali berdetak tiap detik tapi tak terasa bulan yang dinantikan orang-orang yang mencari ridhoNya akan datang, Marhaban ya Ramadhan. Mohon maaf lahir dan bathin.

Tajamnya perkataan yang kian terucap, tak bersahabatnya raut wajah yang kian terlihat, angkuhnya jiwa raga dalam bersikap. Mengingat Ramadhan yang kian mendekat hanya kata maaf yang dapat kuucap.

Waktu mengalir bagaikan air, Ramadhan yang suci segera hadir, ada luka yang pernah terukir, ada khilaf yang sempat tergulir... Sucikan hati mohon maaf lahir dan bathin.

Gerbang maaf telah terbuka, bulan penuh rahmat di depan mata. Kebersihan hati telah menjadi sarana, saling memaafkan atas segala dosa, agar puasa lebih bermakna.

Jika lisan ini tak sempat tuk berucap, tangan tak sempat tuk berjabat, maka hanya dengan pesan kilat aku dapat berharap. Mohon dibukakan pintu maaf atas segala salah dan khilaf. Marhaban ya Syahru Ramadhan...

Dan masih banyak lagi...

Apa maksud dari tulisan-tulisan diatas? Insya Allah akhi ukhti sekalian tahu, namun bagi yang belum tahu saya akan memberitahukannya. Tulisan diatas merupakan lima dari belasan pesan dalam bentuk SMS yang ada di inbox hand phone saya yang datang dari rekan kerabat saudara, yang maknanya mereka mengucapkan permohonan maaf lahir bathin dalam menyambut bulan nan suci Ramadhan. Meskipun tak secara langsung bertemu dengan saudara tsb, sekedar SMS pun kan terasa senang di hati ternyata diri ini tidak hidup sendiri. Walaupun dalam realitanya, kita hidup bertetangga bahkan dalam satu rumah, masih saja ada orang yang merasa hidupnya sendiri terkesan menyepi entah apa masalahnya hal itu bisa terjadi.

Ramadhan kali ini... terus terang saja terasa beda, dalam arti beda tak biasanya saya menunaikan ibadah shaum (puasa) bersama dengan orang-orang yang paling saya cintai orang tua, adik, keluarga dan rekan, kerabat, saudara di lingkungan rumah di kota halaman kampung Gadog. Santap sahur Buka puasa bersama orang dicinta yang biasanya ditemani oleh acara hiburan televisi sekarang tak dirasakan, makan yang biasanya telah disediakan oleh ibu tercinta kini tidak lagi, akan tetapi bisa sih hal itu terasa walaupun hanya seminggu sekali atau dua kali. Tarawih dan Sholat wajib berjamaah di masjid sekitar rumah pun hanya bisa dilakukan ketika saya berada di rumah. Mengapa? Karena tuntutan karirlah yang menyebabkan saya tidak ada di rumah. Saya tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah ciputat bersama saudara-saudara satu kampus.

Ya begitulah... Ramadhan kali ini beda meskipun baru seminggu saya menjalaninya. Tarawih pertama dan sahur perdana dilakukan di lingkungan rumah, namun buka puasa perdana dilakukan di kantor tempat kerja saya. Di rumah atau di kantor sama aja sih, kita niatnya untuk ibadah, mendapat berkah, memohon ampunan, dan keselamatan di bulan suci Ramadhan ini. Sahur, alhamdulillah bisa dilakukan bersama 5 orang teman saya di mess, meskipun kenyataannya ada teman saya yang harus kerja malam. Jadi setelah dia sahur atau sholat subuh dia kembali ke tempat kerjanya. Meskipun kita makan nasi beserta lauknya di taruh di sebuah nampan dan dimakan bersama-sama, tetap kami syukuri agar syarat ibadah puasa kita diridhoi Allah SWT dan santap sahur kita mendapat keberkahan. Buka puasa, jika berada di rumah terkadang ada saja kegiatan ngabuburit, namun disini di ciputat ngabuburit tersebut saya habiskan di kantor sambil mengerjakan kewajiban saya. Setelah itu, tibalah waktu yang ditunggu setelah seharian berpuasa yaitu buka bersama.

Tilawah Al Qur’an dilantunkan sambil menunggu waktu maghrib di mushola kantor, walaupun hanya beberapa butir kurma terkadang seteguk air diminum untuk membatalkan puasa, pasti kuat kami melakukan sholat magrib. Setelah itu, barulah acara yang terkesan balas dendam namun sebenarnya tidak, kami makan dengan di awali appertizer lalu makan nasi beserta lauknya alangkah kenyangnya setelah itu. Canda gurau dihiasi bersama rekan-rekan karyawan yang lain sambil menikmati hidangan buka puasa. Sholat Isya dan tarawih yang biasa rutin dilakukan selama bulan Ramadhan, hanya saya yang merasa beda. Bagaimana tidak, teman satu mess saya melaksanakan sholat tarawih di mushola kantor. Namun, saya melaksanakan sholat tarawih tsb di sebuah masjid yang lumayan besar disekitar kantor.

Bukan maksud hal-hal furuiyah dipermasalahkan dan dibeda-bedakan, namun tiap-tiap muslim punyalah pemahaman tersendiri selama tidak melenceng apa yang sebenarnya diajarkan oleh Islam. Saya melaksanakan tarawih di masjid sedangkan teman yang lain melaksanakannya di mushola kantor, pastilah ada alasannya. Saya yang biasa tarawih 23 rakaat, pastilah ingin melaksanakan ibadah sesuai dengan pemahaman yang saya dapat dari guru ngaji. Sedangkan teman yang lain melaksanakan 11 rakaat. Terserah orang mau bicara apa, selama amal yang dilakukan muslim ada alasan dan gurunya tidak bertentangan dengan Islam, tidak apa-apa. Ya, selama ada tempat yaitu masjid jamaah yang melaksanakan sholat tarawih 23 rakaat ya saya ikuti. Disamping itu, saya merasa kalau sholat di masjid lebih terasa suasana malam Ramadhannya. Tua-muda, ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, para pemuda pemudi tunduk sujud melaksanakan ibadah memohon ridho Allah SWT di malam bulan ampunan dan keberkahan.

Beberapa masalah sempat menghiasi diri ini dan diri yang lain, baik itu di kantor ataupun di mess. Namun, saya sadari kita hidup di dunia haruslah siap menghadapi masalah, jika tidak ingin menghadapi masalah jalan keluarnya ya jauhilah kehidupan atau tidak usah hidup. Sebagai contoh jika kita tidak mau mencium baunya selokan ya kita harus menjauhi selokan tsb. Apalagi di bulan suci ini, bulan pelatihan, bulan ujian, setiap masalah suatu saat pasti menghadang kita tapi tidak hanya di bulan suci melainkan dibulan yang lain.